TUGAS
MIKROBIOLOGI PANGAN
Rhyzopus
oryzae
OLEH :
JULYANI WIJAYA
P00 331 012 054
II B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN GIZI
2013
PEMBAHASAN
RHYZOPUS ORYZAE
Dalam
klasifikasi Rhizopus oryzae masuk
kedalam familia mucoraceae yang termasuk dalam kelompok kapang. Rhizopus oryzae
merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe.Jamur ini aman
dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat.
Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan
mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur
ini juga mampu menghasilkan protease.
Klasifikasi Rhizopus oryzae menurutGermain
(2006) adalah sebagai berikut:
·
Kingdom : Fungi
·
Divisio : Zygomycota
·
Class : Zygomycetes
·
Ordo :
Mucorales
·
Familia : Mucoraceae
·
Genus : Rhizopus
·
Species : Rhizopus oryzae
2.
Morfologi
Rhizopus oryzae
Rhizopus
oryzae secara umum, antara lain ialah hifa tidak bersekat (senositik), hidup
sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan senyawa organik. Pembuatan tempe
dilakukan secara aerobik. Reproduksi aseksual cendawan Rhizopus oryzae dilakukan dengan cara membentuk sporangium yang di
dalamnya terdapat sporangiospora. Pada R. oryzae terdapat stolon, yaitu hifa
yang terletak di antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium).
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk
progamentangium. Progamentangium akan membentuk gametangium. Setelah terbentuk
gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma yang disebut plasmogami. Hasil
peleburan plasma akan membentuk cigit yang kemudian tumbuh menjadi zigospora.
Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti yang disebut
kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium kecambah. Di
dalamsporangium kecambah setelah meiosis akan terbentuk spora (+) dan spora (-)
yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-)..
3.
Sifat – sifat
Rhizopus oryzae
Menurut
Soetrisno (1996) sifat-sifat jamur Rhizopus oryzae yaitu koloni berwarna
putih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus atau sedikit kasar dan
tidak berwarna hingga kuning kecoklatan; sporangiofora tumbuh dari stolon dan
mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora);
rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan
sporangiofora; sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa
(duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak;
kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar; spora
bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk pertumbuhan
350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C.
Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba
heterofermentatif (Kuswanto dan Slamet, 1989).
4.
Pengaruh
factor intrinsic
terhadap pertumbuhan
Rhizopus oryzae
Aktivitas Mikroba dipengaruhi faktor-faktor Lingkungan
faktor abiotik dan faktor biotik, mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan
fisiologi mikroba misalnya beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap
perubahan faktor lingkungan dan dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan
kondisi baru tersebut.
a. Suhu
Pertumbuhan mikroba memerlukan
kisaran suhu tertentu :
·
suhu minimum : suhu terendah tetapi mikroba masih
dapat hidup
·
suhu optimum: suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba
·
suhu maksimum: suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan tingkat suhu dapat
dikelompokkan mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil.
Psikrofil:kelompokmikroba yang
dapattumbuhpadasuhu 0-300C dengansuhu optimum sekitar 150C.
Mesofil: kelompokmikroba yang umumnyamempunyaisuhu minimum 150C, suhu optimum 25-370C, dansuhumaksimum 45-550C.
Termofil: Kelompokmikroba yang tahanhiduppadasuhutinggi.
Mesofil: kelompokmikroba yang umumnyamempunyaisuhu minimum 150C, suhu optimum 25-370C, dansuhumaksimum 45-550C.
Termofil: Kelompokmikroba yang tahanhiduppadasuhutinggi.
b. Kandungan Air
Mikroba memerlukan kandungan air
bebas tertentu untuk hidupnya, ukurannya :
aw(water activity) atau
kelembaban relative. Mikroba umumnya tumbuh pada aw = 0,6 - 0,998. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup
pada aw terendah (0,6) misalnya khamir,Saccharomyces rouxii Aspergillus glaucus
dan jamur benang dapat tumbuh pada aw 0,8
Bakteri umumnya memerlukan aw = 0,90 - 0,999 atau lebih dari 0,98, kecuali bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75 Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia, atau dapat membentuk kista.
Bakteri umumnya memerlukan aw = 0,90 - 0,999 atau lebih dari 0,98, kecuali bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75 Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia, atau dapat membentuk kista.
c. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis sangat erat
hubungannya dengan kandungan air.Apabilamikroba diletakkan pada
larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya
membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma.Apabila
diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa,
yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan
akhirnya pecah.Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan mikroba dapat
dikelompokkan menjadi:
- Mikroba Osmofil: tumbuh pada kadar gula tinggi, contoh beberapa jenis khamir, mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94)
- Mikroba Halodurik: tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi (30 %)
- Mikroba Halofil: dapat tumbuh pada kadar garam yang tinggi, contoh: bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium
5.
Pengaruh
factor ekstrisik terhadap
pertumbuhan Rhizopus oryzae
Faktor ekstrinsik berarti keadaan
lingkungan yang dapat berubah dikarenakan entitasnya tidak melekat pada
lingkungan (media) tempat tumbuh mikroba, melainkan dikarenakan kondisi di
sekitar media tersebut.
Adapun
faktor ektrinsik terjadinya fermentasi yaitu:
b.
Temperature
c.
Komposisi
gas(Adam dan Moss, 2000:5)
Kapang tempe
bersifat aerob obligat membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, sehingga
apabila dalam proses fermentasi itu kurang oksigen maka pertumbuhan kapang akan
terhambat dan proses fermentasinya pun tidak berjalan lancar. Oleh karena itu,
pada pembungkus tempe biasanya dilakukan penusukan dengan lidi yang bertujuan
agar oksigen dapat masuk dalam bahan tempe. Sebaiknya jika dalam proses
fermentasinya kelebihan oksigen, dapat menyebabkan proses metabolismenya
terlalu cepat sehingga suhu naik dan pertumbuhan kapang terhambat(Nurita Puji
Astuti, 2009:8).
Fermentasi
adalah suatu proses metabolisme yang menghasilkan produk-produk pecahan baru
dan substrat organik karena adanya aktivitas atau kegiatan mikroba. Fermentasi
kedelai menjadi tempe oleh Rhizopus Oligosporus terjadi pada kondisi anaerob.
Hasil fermentasi tergantung pada fungsi bahan pangan atau substrat mikroba dan
kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi
pertumbuhannya. Dengan adanya fermentasi dapat menyebabkan beberapa
perubahan sifat kedelai tersebut. Senyawa yang dipecah dalam proses fermentasi
adalah karbohidrat.
Selain
meningkatkan mutu gizi, fermentasi kedelai menjadi tempe juga mengubah aroma
kedelai yang berbau langu menjadi aroma khas tempe. Tempe segar mempunyai aroma
lembut seperti jamur yang berasal dari aroma miselium kapang bercampur dengan
aroma lezat dari asam amino bebas dan aroma yang ditimbulkan karena penguraian
lemak. Semakin lama fermentasi berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi
tajam karena terjadi pelepasan amonia.
Dalam proses
fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah keping-keping biji
kedelai yang telah direbus, mikroorganismenya berupa kapang tempe Rhizopus Oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (dapat kombinasi dua spesies
atau tiga-tiganya), dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 300 C, pH
awal 6,8 serta kelembaban nisbi 70-80 %.
6.
Pengaruh
factor implisit terhadappertumbuhan Rhizopus oryzae
1. Interaksi
dalam satu populasi mikroba
2. Interaksi
antar populasi mikroba
Di
alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi
selalu berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain Antar jasad dalam satu
populasi atau antarpopulasi jasad yang satu dengan yang lain saling
berinteraksi.
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi Positif
Interaksi Positif
·
Meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan kepadatan populasi
·
Disebut juga kooperasi, contoh: pertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni
InteraksiNegatif
·
Menurunkan kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya
kepadatan populasi, misal: populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat
terbatas
·
Disebut juga kompetisi, contoh: interkasi jamur Fusarium dan
Verticillium menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracuni.
2. Interaksi antar populasi mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda
berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam interaksi ssInteraksi tersebut
menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar
populasi mikroba yang satu dengan yang lain.
7. Pengertian Rhizopus
oryzae thermofil, mesofil dan ,
psikrofil
JENIS MIKROBA
|
SUHU OPTIMUM
|
SUHU MAKSIMUM
|
TEMPAT HIDUP
|
Mikroba psikrofil / karyofil (oligotermik)
|
10 – 15oC
|
0 – 30oC
|
tumbuh di tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun di lautan.
|
Mikroba mesofil (mesotermik)
|
25 – 40oC
|
5 – 60oC
|
hidup dalam alat pencernaan.
|
Mikroba termofil (politermik)
|
55 – 65oC
|
40 – 80oC
|
sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur tinggi.
|
8. Persyaratan
hidup Rhizopus oryzae
Zat
antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapinat menghambat pertumbuhan
dan akivitas mikroba.Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat
pertumbuhan bakteri dipengaruhi beberapa persyaratan hidup mikroba yaitu :
1. konsentrasi
zat pengawet,
2. waktu
penyimpanan,
3. suhu
lingkungan,
4. sifat-sifat
mikroba,
5. sifat-sifat
fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, PH, jenis senyawa didalamnya.
Kedalam lingkungan tumbuhnya untuk
memproteksi diri dari adanya anti mikrobial agen. Strain lainnya yang dapat
menghasilkan zat-zat itu pada kondisi pertumbuhan yang baik, cukup H2O2
untuk
merangsang adanya fungsi bakteriostatik dan sedikit bakteriosidal. H2O2
merupakan
agen oksidasi dan dapat dipakai sebagai zat antimikrobial yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteria, fungi dan virus (bacteriophage). Pada
kondisi sedikit oksigen (microaerophilic) akan menghasilkan sedikit H2O2
oleh
strain bakteri.
9.
Faktor
penyebab kerusakan mikrobiologis
pada bahan
pangan tempat hidup Rhizopus oryzae
Kerusakan mikrobiologi
pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1.
Tingkat pencemaran mikroba
pada pangan, yaitu semakin tinggi tingkat pencemaran mikroba maka pangan akan
semakin mudah rusak.
2.
Kecepatan pertumbuhan
mikroba yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas,
yaitu aw, pH, kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu, oksigen,
dan kelembaban.
3.
Proses pengolahan yang
telah diterapkan pada pangan, misalnya pencucian, pemanasan, pendinginan,
pengeringan, dan lain-lain.
10.
Perubahan
fisik,organoleptik, dan kimiawi dari bahan pangan akibat aktivitas Rhizopus
oryzae
A.
Perubahan fisik (organoleptik)
1.
Tekstur tempe
Semakin
banyak miselium (kumpulan dari hifa kayak benang) kapang yang tumbuh pada tempe, semakin
baik tekstur tempe tersebut. Miselium akan meningkatkan kerapatan massa tempe
satu sama lain sehingga membentuk suatu massa yang kompak dan mengurangi rongga
udara didalamnya. Pada akhir proses fermentasi rongga udara ini dapat terisi oleh
massa air hasil respirasi jamur tempe selama fermentasi,
swehingga menyebabkan kenaikan kadar air tempe.Tekstur atau kekerasan tempe dapat
juga dipengaruhi kadar air. Menurut Susanto (1999), tekstur (kekerasan) tempe
dipengaruhi oleh pertumbuhan miselia yang merata dan pesat yang akan menutupi
permukaan tempe, sehingga memberikan tekstur yang kokoh. Pembentukan tekstur
dipengaruhi oleh kandungan air, kadar lemak, jenis dan jumlah karbohidrat
produk pangan (Fellows, 1992).
2. Aroma tempe
Aroma
tempe yang khas terutama ditentukan oleh pertumbuhan kapang dan pemecahan
komponen-komponen dalam kedelai menjadi senyawa yang lebih sederhana yang
bersifat volatil seperti amonia, aldehid, dan keton (Shurtleff dan Aoyagi,2010)
3.
Rasa tempe
Tempe dengan tekstur
dan massa yang kompak pada saat digoreng tidak akan menyerap minyak goreng yang
banyak, sehingga rasa yang dihasilkannya lebih gurih. Rasa tempe diperoleh dari
hasil proses fermentasi karbohidrat, protein, dan lemak dalam bahan yang
digunakan sehingga menghasilkan rasa yang khas(Oktafiani, 2001).
B.
Perubahan kimiawi
Perubahan kimia
yang terjadi pada proses pembuatan tempe adalah pada saat inkubasi. Pada saat
itu terjadilah reaksi fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur
Rhizopus sp menghasilkan energi. Energi tersebut sebagian ada yang dilepaskan
oleh jamur Rhizopus sp sebagai energi panas. Energi panas itulah yang menyebabkan
perubahan suhu selama proses inkubasi tempe. Selain terjadi perubahan suhu,
selama proses inkubasi tempe juga terjadi perubahan warna, dan munculnya titik-
titik air yang dapat diamati pada permukaan dalam plastik pembungkus tempe.
Pada awal pengamatan, kedelai pada tempe seperti berselimut kapas yang putih.
Tetapi dengan bertambahnya masa inkubasi, mulai muncul warna hitam pada
permukaan.
Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi kimia
pada proses inkubasi.Jamur Rhizopus sp tergolong makhluk hidup.Oleh karena itu
ia juga melakukan respirasi. Respirasi merupakan reaksi kimia atau perubahan
kimia. Salah satu zat yang dilepaskan dari peristiwa respirasi adalah gas
karbondioksida dan uap air. Uap air itulah yang menyebabkan permukaan dalam
plastik pembungkus tempe basah oleh titik-titik air. Sebuah reaksi kimia tidak
selalu menunjukkan seluruh ciri reaksi tersebut. Kadang, reaksi tersebut hanya
menunjukkan salah satu atau beberapa ciri saja (Sutikno, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar