Jumat, 24 Januari 2014

SAP OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH ( TK )




SAP OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH ( TK )


OLEH :
KELOMPOK 1
JULYANI WIJAYA
JULIANTI R.
JUMIATIN
YUVIANI

II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN GIZI
2013









LATAR BELAKANG
A.    Latar Belakang

            Dari hasil penelitian data awal yang dilakukan oleh kelompok 1 kelas II B jurusan gizi 2013, pada TK BUDI LESTARI dengan sampel murid 17 orang didapatkan anak – anak tk yang mengalami obesitas ataupun overweight. Sehingga  mempengaruhi aktivitas yang dapat menurunkan gerak tubuh dan melalui penyuluhan ini kami dapat membantu orang tua untuk mengatur pola makan anak menjadi lebih baik dan sehat.
Untuk itu mahasiswa gizi membuat rencana penyuluhan tentang  oebesitas/kegemukan dan penanggulangannya.
           

DATA PENGUKURAN TINGGI DAN BERAT BADAN
TK BUDI LESTARI
Pengambilan data        :
·         Hari/tanggal                   : Kamis,12 Desember 2013
            terdiri dari       :
Umur                           : ± 4 – 5 tahun
Jumlah anak didik       :  17 orang
·         Laki – laki                     : 8 orang 
·         Perempuan                    : 9 orang 

 TABEL STATUS GIZI TK BUDI LESTARI

NO
NAMA
JK
TINGGI (cm)
BERAT(kg)
KATEGORI
1
Tri
L
110
22
Gemuk
2
Alia
 P
103
15
Normal
3
Angel
P
100
15
Normal
4
Kinana
P
117
28
Gemuk
5
Marsya
P 
103
16
Normal
6
Moy
L
102
17
Normal
7
Hikma
P
108
20
Gemuk
8
Muh.Rahmin
L
103
12
Sangat kurus
9
Ilham
L
100
17
Gemuk
10
Dita
P  
104
16
Normal
11
Salsa
P 
108
20
Gemuk
12
Illa
P 
100
17
Gemuk
13
Adin
L 
107
17
Normal
14
Pahri
L 
102
17
Gemuk
15
Rahman
L 
102
18
Gemuk
16
Riska
P
103
18
Gemuk
17
Putri
P
100
16
Normal


*penentuan kategori berdasarkan : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak,
NOMOR : 1995/MENKES/SK/XII/2010






Dari data dapat disimpulkan bahwa :
Terdapat 3 kategori standar nilai status nilai gizi yang didapatkan dalam perhitungan yaitu :
1.      Normal            : 7 orang
2.      Overweight     : 9 orang
3.      Sangat kurus   : 1 orang
Berdasarkan jenis kelamin            :
Laki – laki             :
                              Overweight:    5 Orang             5        X 100%           = 62,5 %                    
 8
Perempuan           :
                              Overweight:    4 Orang             4        X 100%           = 44,4%                     
 9










SISTEMATIS PERENCANAAN PENYULUHAN OBESITAS PADA ANAK
          
A.    POKOK BAHASAN                  : 
Obesitas Pada Anak Sekolah TK
B.     SUB POKOK BAHASAN         :
1.      Pengertian obesitas pada anak
2.      Penyebab obesitas pada anak
3.      Tipe – tipe obesitas pada anak
4.      Gejala obesitas pada anak
5.      Akibat obesitas pada anak
6.      Penanggulangan obesitas pada anak
7.      Pencegahan obesitas pada anak

C.     SASARAN                         :
Orang Tua/Anak Sekolah (TK) dan guru
D.    TEMPAT                          :
                                                      TK BUDI LESTARI
E.     WAKTU                            :
                                                      ± 30 menit

F.      TUJUAN                         :
1.      Tujuan instruksional umum
Setelah  dilakukan penyuluhan terhadap orang tua/anak tk diharapkan dapat mengatur pola makan dengan baik serta memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi.

2.      Tujuan instruksional khusus    
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan pada anak dan orang tua , diharapkan akan mampu :
1.      Mengetahui pengertian obesitas pada anak
2.      Mengetahui penyebab obesitas pada anak
3.      Mengetahui tipe – tipe obesitas pada anak
4.      Mengetahui gejala obesitas pada anak
5.      Mengetahui akibat obesitas pada anak
6.      Mengetahui penanggulangan obesitas pada anak
7.      Mengetahui pencegahan obesitas pada anak

G.    MATERI                           :         
1.    Pengertian obesitas pada anak
2.    Penyebab obesitas pada anak
3.    Tipe – tipe obesitas pada anak
4.    Gejala obesitas pada anak
5.    Akibat obesitas pada anak
6.    Penanggulangan obesitas pada anak
7.    Pencegahan obesitas pada anak



H.    PROSES PENYULUHAN        :
NO
LANGKAH
KEGIATAN
MEDIA
WAKTU
PENYULUH
SASARAN
1
Pendahuluan
-          Memberikan salam
-          Memperkenalkan diri
-          Menyampaikan tujuan Penyuluhan
-          Apersepsi
-          Menjawab salam
-          Mendengarakan/bertanya
-          Menyimak
-          Mendengarkan dan menjawab
-

5 menit
2.
Pelaksanaan
-          Menyampaikan materi :  
Menjelaskan pengertian obesitas pada anak
Menjelaskan penyebab obesitas pada anak
Menjelaskan tipe – tipe obesitas pada anak
Menjelaskan gejala obesitas pada anak
Menjelaskan akibat obesitas pada anak
Menjelaskan penanggulangan obesitas pada anak
Menjelaskan pencegahan obesitas pada anak
-          Mendengarkan dengan penuh perhatian
-          Menanyakan hal-hal yang belum jelas
-          Memperhatian jawaban dari penyuluh
-          Menjawab pertanyaaan dari penyuluh
LCD

15 menit
3.
Penutup
Evaluasi :
-          Menyimpulkan
-          Salam penutup
-          Mendengarkan
-          Menjawab salam
-
10 menit
I.       METODE                                                :
1.      Ceramah
2.      Diskusi

J.          ALAT PERAGA/MEDIA        :
1.      LCD
2.      FLIPCHART
K.       EVALUASI                               :
1.      Evaluasi input
-          Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan(kesiapan materi)
-          Tersedia Media
-          Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan

2.      Evaluasi Proses
-          Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan jadwal yang direncanakan(kehadiran peserta)
-           Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses penyuluhan

3.      Evaluasi Hasil
-          80 % pertanyaan dapat dijawab oleh klien dan keluarga 

L.        SUMBER PUSTAKA              :


M.      LAMPIRAN                              :
OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH (TK)
1.            Pengertian obesitas pada anak
Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan barat badan di atas rata-rata dari indeks massa tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2,maka anak tersebut menderita obesitas.
Obesitas pada anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT. Terkadang seseorang anak terlihat gemuk, namun belum tentu disebut obesitas. Beberapa metode dan teknik diagnosis dapat dilakukan untuk menilai apakah anak gemuk sudah memasuki tahap obesitas atau hanya over weight.


2.            Penyebab obesitas pada anak
1.      Faktor genetik
Obesitas cenderung dipengaruhi oleh turunan dari keluarga. Apabila ada orangtua yang obesitas dalam keluarga, maka kemungkinan anaknya juga akan menderita obesitas. Namun, tidak sedikit dari ahli kesehatan menilai bahwa faktor genetik bukanlah penentu dominan dalam obesitas pada anak. Obesitas pada anak juga ditentukan oleh faktor risiko lainnya.

2.      Pola makan
Pola makan juga berperan dalam peningkatan risiko terjadinya obesitas pada anak. Saat ini, pola makan anak-anak lebih sering mengkonsumsi makanan cepat saji. Makanan cepat saji pada umumnya memiliki kadar kalori yang sangat tinggi, rendah serat dan kandungan gizi.

3.      Aktivitas
Pola aktivitas yang dilakukan oleh seorang anak juga dapat mempengaruhi seorang anak terkena obesitas. Pola aktivitas yang minim akan meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas pada anak. Kebiasaan anak pada zaman sekarang lebih menyukai beraktivitas di dalam rumah seperti menonton televisi daripada bermain di luar rumah seperti bermain bola atau gobak sodor dengan teman sebayanya yang lebih menguras energi. Dalam jangka waktu yang panjang kebiasaan anak yang minim gerak ini akan berdampak buruk bagi kesehatannya karena berpotensi menimbulkan kegemukan dan obesitas.

4.      Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua kepada anak juga akan mempengaruhi anak risiko pada anak. Kebiasaan orangtua yang membiarkan anaknya lebih sering bermain di dalam rumah daripada beraktivitas di luar rumah dan bermain dengan teman sebayanya akan mempengaruhi faktor risiko obesitas pada anak. Para orangtua berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan pola makan anak-anak mereka. Anak sering kali bersikap pasif dan hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh orangtuanya.


3.            Tipe – tipe obesitas pada anak
            Obesitas atau kegemukan, ternyata ada banyak macamnya.Pada penderita obesitas, tempat yang lazim untuk menimbun cadangan makanan sudah penuh sehingga kelebihan cadangan makanan yang masih tersisa akan disimpan di tempat yang tidak lazim.Konsentrasi atau kadar timbunan lemaknya pun beda-beda, ada yang di perut, di panggang, paha, bokong, pipi, dll. Dari beberapa sumber, bisa dijelaskan beberapa tipe obesitas atau kegemukan.
1. Tipe Android (Tipe Buah Apel). 
Tubuh gemuk tipe android ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas, yaitu di sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Akibatnya, tubuh bagian atas terkesan lebih besar bila dibandingkan tubuh bagian bawah sehingga menyerupai buah apel. Kegemukan tipe ini lebih banyak terjadi pada pria dan wanita yang sudah mengalami menopouse. 
Tipe android ini potensial berisiko lebih tinggi terhadap serangan penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti penyakit gula, jantung koroner, stroke, pendarahan otak, dan tekanan darah tinggi. Selain itu, kemungkinan untuk terserang kanker payudara enam kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai berat tubuh normal. Namun, penderita kegemukan tipe ini masih memiliki segi yang menguntungkan, yaitu lebih mudah menurunkan berat tubuh dibanding tipe ginoid. 
2. Tipe ginoid (tipe buah pir). 
Gemuk tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak di bagian tubuh sebelah bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe ini banyak terjadi pada wanita. Lemak penyebab kegemukan ini terdiri atas lemak tidak jenuh serta sel lemak kecil dan lembek. 
Dari segi kesehatan tipe ini lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android karena risiko kemungkinan terkena penyakit degeneratif lebih kecil. Akan tetapi, lebih sukar menurunkan kelebihan berat tubuh pada tipe ini karena lemak-lemak tersebut lebih sukar mengalami proses metabolisme.

4.            Gejala obesitas pada anak
Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun pada masa remaja:
1.      Lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya.
2.      Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awalnya tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anak sebayanya.
3.      Bentuk muka anak yang obesitas tidak professional, hidung dan mulut relative kecil dagu ganda.
4.       Tempat timbunan lemak pada daerah payudara, dimana pada anak laki-laki sering merasa malu karena payudara seolah olah tumbuh. Menggantung dan sering disertai strie. Alat kelamin pada laki-laki seolah kecil karena adanya kumpulan lemak pada daerah pangkal paha.
5.      Paha dan lengan atas besar jari jari tanggan relative kecil dan runcing.
6.      Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitas.Anak lebih cepat mencapai pubertas.
7.      Kematangan sexsual lebih cepat, pertumbuhan payudara, menarke, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih cepat.

5.            Akibat obesitas pada anak
Terdapat banyak gangguan klinis yang ditimbulkan akibat obesitas pada anak di antaranya kencing manis (diabetes mellitus tipe II), asma bronkhiale, hipertensi, sleep apnea dan gangguan tulang sendi. Gangguan klinis akibat obesitas akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak,yaitu        :
·      Kencing manis yang juga disebut dengan diabetes mellitus tipe II pada anak obesitas merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan. Anak-anak penderita diabetes mellitus tipe II berisiko tinggi menderita berbagai penyakit komplikasi seperti gagal ginjal kronis, penyakit jantung bahkan stroke dini. Anak penderita diabetes mellitus tipe II memiliki produksi insulin yang terganggu. Kebiasaan yang buruk pada pola makan anak obesitas dapat meningkatkan terjadinya penyakit kencing manis pada anak.
·      Asma bronkhiale merupakan kelainan sistem pernapasan yang ditandai dengan penyempitan pada saluran napas dan bersifat sementara serta dapat semuh secara spontan tanpa pengobatan. Anak obesitas yang memiliki pola aktivitas yang rendah akan berisiko terkena asma bronkhiale.
·      Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya obesitas. Anak obesitas yang menderita hipertensi akan mengalami berbagai penyakit komplikasi lainnya dan kerusakan organ seperti gangguan fungsi mata, jantung, dan kelainan fungsi otak.
·      Sleep apnea adalah gangguan pernapasan ketika tidur. Sleep apnea pada anak ditandai dengan terhentinya napas sekitar sepuluh detik ketika tidur. Anak yang obesitas mengalami penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuhnya. Penumpukan lemak yang berlebihan akan mengganggu darah dalam mengedarkan oksigen ketika proses oksidasi dan metabolisme berlangsung.
·      Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan kelainan bentuk dan ukuran tulang, ketidak seimbangan, maupun rasa nyeri yang sangat kuat ketika berdiri, berjalan, maupun berlari. Obesitas anak dapat memberikan tekanan dan regangan yang lebih besar terutama pada tulang kaki daripada anak dengan berat normal. Oleh karena itu tulang kaki anak obesitas biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan ketika berjalan ataupun berlari.
·      Anak obesitas terkadang mengalami gangguan jiwa seperti kurang percaya diri dan depresi. Hal ini desebabkan oleh ejekan dan cemoohan dari teman sebayanya karena memiliki badan yang gemuk. Ejekan yang diterima oleh anak secara terus menerus dapat menimbulkan krisis percaya diri. Apabila hal ini tidak segera diatasi dengan tepat dapat menyebabkan anak menjadi depresi karena tertekan.
·      Ejekan yang mungkin diterima anak obesitas dari teman sebayanya juga akan mengganggu hubungan sosial dengan temannya. Anak obesitas akan dikucilkan dari lingkungan teman sebayanya. Terdapat beberapa penolakan sosial dari lingkungan sekitar karena kondisi badannya yang obesitas.

6.        Pencegahan obesitas pada anak
Tingkat risiko obesitas pada anak dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal di antaranya meningkatkan aktivitas anak, modifikasi pola asuh orangtua dan perilaku anak, dan modifikasi pola makan ke arah pola makan sehat. Faktor risiko dapat dihambat dan dicegah apabila orangtua telah menyadari sejak dini bahwa anaknya berpotensi terkena obesitas.Meningkatkan aktivitas pada anak merupakan salah satu cara yang tepat untuk mencegah obesitas pada anak. Pola aktivitas yang baik dapat diterapkan orangtua pada anak mereka. Beraktivitas di luar rumah seperti bermain bola dengan teman sebayanya dan berolahraga secara rutin dapat meningkatkan pengeluaran energi dan pembakaran kalori yang terdapat dalam tubuh anak. Olahraga secara rutin dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan tubuh anak.
Pola asuh orangtua haruslah memperhatikan aspek kesehatan dan psikologi dalam tumbuh kembang anak. Orangtua dapat memberi contoh kepada anak mereka untuk selalu berolahraga secara teratur. Istirahat yang cukup dapat mengurangi risiko obesitas pada anak. Memberikan perhatian yang cukup kepada anak dan selalu melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap aktivitas anak mereka. Perhatian dan pengontrolan kepada anak harus dimulai ketika masih bayi.
Pola makan anak ketika bayi akan memberikan dampak hingga ia dewasa. Pemberian makanan padat sebelum usia anak 4 bulan akan meningkatkan risiko obesitas.Pemberian ASI ekslusif ketika bayi dapat menjadi solusi bagi kebutuhan gizi anak.JADI, Orangtua hendaknya memodifikasi makanan anak dengan memberi anak mereka makanan sehat yang cukup serat dan seimbang gizi. Hindarkan anak dari kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji. Berikanlah makanan yang bervariasi setiap harinya dengan kandungan gizi yang seimbang. Hiaslah makanan semenarik mungkin agar anak lebih menyukai makanan yang disediakan orangtua dibandingkan makanan cepat saji.Anak yang menderita obesitas akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis. Peran orangtua sangatlah diharapkan untuk mencegah obesitas pada anak. Pengontrolan dan pengawasan orangtua terhadap keseharian perilaku dan pola hidup anak harulah memuat unsur kesehatan fisik maupun psikis. Pola aktivitas dan pola makan anak hendaknya dipantau orangtua untuk mencegah terjadinya berbagai macam penyakit akibat obesitas pada anak.

7.      Penanggulangan obesitas pada anak
Berat badan ideal bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk lemak, atau sebaliknya penggunaan lemak tubuh sebagai sumber energi kurang.
Penanganan masalah obestitas tidak dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat, tetapi harus dilakukan secara bertahap.Penanggulangan masalah obesitias dapat dilakukan secara sederhana, yaitu dengan mengonsumsi makanan secara teratur dengan gizi seimbang tetapi jumlahnya kurang dari biasanya. Disamping itu kegemukan juga dapat diatasi dengan banyak melakukan aktivitas olah raga yang teratur sehingga lemak tubuh dapat terbakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar