SAP OBESITAS
PADA ANAK SEKOLAH ( TK )
OLEH :
KELOMPOK 1
JULYANI WIJAYA
JULIANTI R.
JUMIATIN
YUVIANI
II
B
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN
KENDARI
JURUSAN GIZI
2013
LATAR
BELAKANG
A.
Latar Belakang
Dari hasil penelitian data awal yang
dilakukan oleh kelompok 1 kelas II B jurusan gizi 2013, pada TK BUDI LESTARI
dengan sampel murid 17 orang didapatkan anak – anak tk yang mengalami obesitas
ataupun overweight. Sehingga
mempengaruhi aktivitas yang dapat menurunkan gerak tubuh dan melalui
penyuluhan ini kami dapat membantu orang tua untuk mengatur pola makan anak
menjadi lebih baik dan sehat.
Untuk itu mahasiswa gizi membuat rencana penyuluhan
tentang oebesitas/kegemukan dan
penanggulangannya.
DATA
PENGUKURAN TINGGI DAN BERAT BADAN
TK BUDI LESTARI
Pengambilan data :
·
Hari/tanggal : Kamis,12 Desember 2013
terdiri
dari :
Umur :
± 4 – 5 tahun
Jumlah anak didik : 17
orang
·
Laki
– laki : 8 orang
·
Perempuan
:
9 orang
TABEL STATUS
GIZI TK BUDI LESTARI
NO
|
NAMA
|
JK
|
TINGGI (cm)
|
BERAT(kg)
|
KATEGORI
|
1
|
Tri
|
L
|
110
|
22
|
Gemuk
|
2
|
Alia
|
P
|
103
|
15
|
Normal
|
3
|
Angel
|
P
|
100
|
15
|
Normal
|
4
|
Kinana
|
P
|
117
|
28
|
Gemuk
|
5
|
Marsya
|
P
|
103
|
16
|
Normal
|
6
|
Moy
|
L
|
102
|
17
|
Normal
|
7
|
Hikma
|
P
|
108
|
20
|
Gemuk
|
8
|
Muh.Rahmin
|
L
|
103
|
12
|
Sangat kurus
|
9
|
Ilham
|
L
|
100
|
17
|
Gemuk
|
10
|
Dita
|
P
|
104
|
16
|
Normal
|
11
|
Salsa
|
P
|
108
|
20
|
Gemuk
|
12
|
Illa
|
P
|
100
|
17
|
Gemuk
|
13
|
Adin
|
L
|
107
|
17
|
Normal
|
14
|
Pahri
|
L
|
102
|
17
|
Gemuk
|
15
|
Rahman
|
L
|
102
|
18
|
Gemuk
|
16
|
Riska
|
P
|
103
|
18
|
Gemuk
|
17
|
Putri
|
P
|
100
|
16
|
Normal
|
*penentuan
kategori berdasarkan : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak,
NOMOR : 1995/MENKES/SK/XII/2010
Dari
data dapat disimpulkan bahwa :
Terdapat
3 kategori standar nilai status nilai
gizi yang didapatkan dalam perhitungan yaitu :
1.
Normal : 7 orang
2.
Overweight
: 9 orang
3.
Sangat
kurus : 1 orang
Berdasarkan jenis kelamin :
Laki – laki :
Overweight: 5 Orang 5 X
100% = 62,5 %
8
Perempuan :
Overweight: 4 Orang 4 X
100% = 44,4%
9
SISTEMATIS
PERENCANAAN PENYULUHAN OBESITAS PADA ANAK
A.
POKOK BAHASAN :
Obesitas
Pada Anak Sekolah TK
B.
SUB POKOK BAHASAN :
1.
Pengertian
obesitas pada anak
2.
Penyebab
obesitas pada anak
3.
Tipe
– tipe obesitas pada anak
4.
Gejala
obesitas pada anak
5.
Akibat
obesitas pada anak
6.
Penanggulangan
obesitas pada anak
7.
Pencegahan
obesitas pada anak
C.
SASARAN :
Orang
Tua/Anak Sekolah (TK) dan guru
D. TEMPAT :
TK
BUDI LESTARI
E. WAKTU :
±
30 menit
F.
TUJUAN :
1. Tujuan instruksional umum
Setelah
dilakukan penyuluhan terhadap orang tua/anak tk diharapkan dapat
mengatur pola makan dengan baik serta memperhatikan asupan makanan yang
dikonsumsi.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan pada anak dan orang tua , diharapkan akan mampu :
1.
Mengetahui
pengertian obesitas pada anak
2.
Mengetahui
penyebab obesitas pada anak
3.
Mengetahui
tipe – tipe obesitas pada anak
4.
Mengetahui
gejala obesitas pada anak
5.
Mengetahui
akibat obesitas pada anak
6.
Mengetahui
penanggulangan obesitas pada anak
7.
Mengetahui
pencegahan obesitas pada anak
G. MATERI :
1.
Pengertian
obesitas pada anak
2.
Penyebab
obesitas pada anak
3.
Tipe
– tipe obesitas pada anak
4.
Gejala
obesitas pada anak
5.
Akibat
obesitas pada anak
6.
Penanggulangan
obesitas pada anak
7.
Pencegahan
obesitas pada anak
H.
PROSES PENYULUHAN :
NO
|
LANGKAH
|
KEGIATAN
|
MEDIA
|
WAKTU
|
|
PENYULUH
|
SASARAN
|
||||
1
|
Pendahuluan
|
-
Memberikan salam
-
Memperkenalkan diri
-
Menyampaikan tujuan Penyuluhan
-
Apersepsi
|
-
Menjawab salam
-
Mendengarakan/bertanya
-
Menyimak
-
Mendengarkan dan menjawab
|
-
|
5 menit
|
2.
|
Pelaksanaan
|
-
Menyampaikan materi :
Menjelaskan pengertian obesitas pada anak
Menjelaskan
penyebab obesitas
pada anak
Menjelaskan tipe –
tipe obesitas pada anak
Menjelaskan gejala
obesitas pada anak
Menjelaskan akibat
obesitas pada anak
Menjelaskan
penanggulangan obesitas pada anak
Menjelaskan
pencegahan obesitas
pada anak
|
-
Mendengarkan dengan penuh perhatian
-
Menanyakan hal-hal yang belum jelas
-
Memperhatian jawaban dari penyuluh
-
Menjawab pertanyaaan dari penyuluh
|
LCD
|
15 menit
|
3.
|
Penutup
|
Evaluasi :
-
Menyimpulkan
-
Salam penutup
|
-
Mendengarkan
-
Menjawab salam
|
-
|
10 menit
|
I.
METODE :
1.
Ceramah
2.
Diskusi
J.
ALAT PERAGA/MEDIA :
1. LCD
2. FLIPCHART
K. EVALUASI :
1. Evaluasi input
-
Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan(kesiapan
materi)
-
Tersedia Media
-
Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan
2. Evaluasi Proses
-
Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan jadwal yang
direncanakan(kehadiran peserta)
-
Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi
selama proses penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
-
80 % pertanyaan dapat dijawab oleh klien dan keluarga
L.
SUMBER PUSTAKA :
M.
LAMPIRAN :
OBESITAS PADA ANAK
SEKOLAH (TK)
1.
Pengertian
obesitas pada anak
Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai
dengan barat badan di atas rata-rata dari indeks massa tubuhnya (Body Mass
Index) yang di atas normal. Indeks Massa Tubuh (IMT)
dihitung dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat
dari besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2,maka
anak tersebut menderita obesitas.
Obesitas pada anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT.
Terkadang seseorang anak terlihat gemuk, namun belum tentu disebut obesitas.
Beberapa metode dan teknik diagnosis dapat dilakukan untuk menilai apakah anak
gemuk sudah memasuki tahap obesitas atau hanya over weight.
2.
Penyebab
obesitas pada anak
1.
Faktor genetik
Obesitas cenderung dipengaruhi oleh turunan dari
keluarga. Apabila ada orangtua yang obesitas dalam keluarga, maka kemungkinan
anaknya juga akan menderita obesitas. Namun, tidak sedikit dari ahli kesehatan
menilai bahwa faktor genetik bukanlah penentu dominan dalam obesitas pada anak.
Obesitas pada anak juga ditentukan oleh faktor risiko lainnya.
2.
Pola makan
Pola makan juga berperan dalam peningkatan risiko
terjadinya obesitas pada anak. Saat ini, pola makan anak-anak lebih sering
mengkonsumsi makanan cepat saji. Makanan cepat saji pada umumnya memiliki kadar
kalori yang sangat tinggi, rendah serat dan kandungan gizi.
3.
Aktivitas
Pola aktivitas yang dilakukan oleh seorang anak juga
dapat mempengaruhi seorang anak terkena obesitas. Pola aktivitas yang minim
akan meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas pada anak. Kebiasaan anak pada
zaman sekarang lebih menyukai beraktivitas di dalam rumah seperti menonton
televisi daripada bermain di luar rumah seperti bermain bola atau gobak sodor
dengan teman sebayanya yang lebih menguras energi. Dalam jangka waktu yang
panjang kebiasaan anak yang minim gerak ini akan berdampak buruk bagi
kesehatannya karena berpotensi menimbulkan kegemukan dan obesitas.
4.
Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua kepada anak juga akan
mempengaruhi anak risiko pada anak. Kebiasaan orangtua yang membiarkan anaknya
lebih sering bermain di dalam rumah daripada beraktivitas di luar rumah dan
bermain dengan teman sebayanya akan mempengaruhi faktor risiko obesitas pada
anak. Para orangtua berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan pola makan
anak-anak mereka. Anak sering kali bersikap pasif dan hanya mengkonsumsi
makanan yang disediakan oleh orangtuanya.
3.
Tipe
– tipe obesitas pada anak
Obesitas atau kegemukan, ternyata
ada banyak macamnya.Pada penderita obesitas, tempat yang lazim untuk menimbun
cadangan makanan sudah penuh sehingga kelebihan cadangan makanan yang masih
tersisa akan disimpan di tempat yang tidak lazim.Konsentrasi atau kadar
timbunan lemaknya pun beda-beda, ada yang di perut, di panggang, paha, bokong,
pipi, dll. Dari beberapa sumber, bisa dijelaskan beberapa tipe obesitas atau
kegemukan.
1. Tipe
Android (Tipe Buah Apel).
Tubuh gemuk tipe android ditandai dengan penumpukan lemak yang
berlebihan di bagian tubuh sebelah atas, yaitu di sekitar dada, pundak, leher,
dan muka. Akibatnya, tubuh bagian atas terkesan lebih besar bila dibandingkan
tubuh bagian bawah sehingga menyerupai buah apel. Kegemukan tipe ini lebih
banyak terjadi pada pria dan wanita yang sudah mengalami menopouse.
Tipe android ini potensial berisiko lebih tinggi terhadap serangan
penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti penyakit
gula, jantung koroner, stroke, pendarahan otak, dan tekanan darah tinggi.
Selain itu, kemungkinan untuk terserang kanker payudara enam kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang mempunyai berat tubuh normal. Namun, penderita
kegemukan tipe ini masih memiliki segi yang menguntungkan, yaitu lebih mudah
menurunkan berat tubuh dibanding tipe ginoid.
2. Tipe
ginoid (tipe buah pir).
Gemuk tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak di bagian tubuh
sebelah bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe
ini banyak terjadi pada wanita. Lemak penyebab kegemukan ini terdiri atas lemak
tidak jenuh serta sel lemak kecil dan lembek.
Dari segi kesehatan tipe ini lebih aman bila dibandingkan dengan
tipe android karena risiko kemungkinan terkena penyakit degeneratif lebih
kecil. Akan tetapi, lebih sukar menurunkan kelebihan berat tubuh pada tipe ini
karena lemak-lemak tersebut lebih sukar mengalami proses metabolisme.
4.
Gejala
obesitas pada anak
Obesitas dapat terjadi pada usia
berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun
pada masa remaja:
1. Lebih cepat matang pertumbuhan
tulangnya.
2. Anak yang obesitas relatif lebih
tinggi pada masa remaja awalnya tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih
cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari
anak sebayanya.
3. Bentuk muka anak yang obesitas tidak
professional, hidung dan mulut relative kecil dagu ganda.
4. Tempat timbunan lemak pada daerah payudara,
dimana pada anak laki-laki sering merasa malu karena payudara seolah olah
tumbuh. Menggantung dan sering disertai strie. Alat kelamin pada laki-laki
seolah kecil karena adanya kumpulan lemak pada daerah pangkal paha.
5. Paha dan lengan atas besar jari jari
tanggan relative kecil dan runcing.
6. Sering terjadi gangguan psikologis,
baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitas.Anak lebih cepat
mencapai pubertas.
7. Kematangan sexsual lebih cepat,
pertumbuhan payudara, menarke, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih
cepat.
5.
Akibat
obesitas pada anak
Terdapat banyak gangguan klinis yang ditimbulkan akibat obesitas
pada anak di antaranya kencing manis (diabetes mellitus tipe II), asma
bronkhiale, hipertensi, sleep apnea dan gangguan tulang sendi. Gangguan klinis
akibat obesitas akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak,yaitu :
·
Kencing manis yang juga disebut
dengan diabetes mellitus tipe II pada anak obesitas merupakan hal yang sangat
mengkhawatirkan. Anak-anak penderita diabetes mellitus tipe II berisiko tinggi
menderita berbagai penyakit komplikasi seperti gagal ginjal kronis, penyakit
jantung bahkan stroke dini. Anak penderita diabetes mellitus tipe II memiliki
produksi insulin yang terganggu. Kebiasaan yang buruk pada pola makan anak
obesitas dapat meningkatkan terjadinya penyakit kencing manis pada anak.
·
Asma bronkhiale merupakan
kelainan sistem pernapasan yang ditandai dengan penyempitan pada saluran napas
dan bersifat sementara serta dapat semuh secara spontan tanpa pengobatan. Anak
obesitas yang memiliki pola aktivitas yang rendah akan berisiko terkena asma
bronkhiale.
·
Hipertensi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor salah satunya obesitas. Anak obesitas yang menderita
hipertensi akan mengalami berbagai penyakit komplikasi lainnya dan kerusakan
organ seperti gangguan fungsi mata, jantung, dan kelainan fungsi otak.
·
Sleep apnea adalah gangguan
pernapasan ketika tidur. Sleep apnea pada anak ditandai dengan terhentinya
napas sekitar sepuluh detik ketika tidur. Anak yang obesitas mengalami
penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuhnya. Penumpukan lemak yang
berlebihan akan mengganggu darah dalam mengedarkan oksigen ketika proses
oksidasi dan metabolisme berlangsung.
·
Obesitas pada anak berpotensi
menimbulkan kelainan bentuk dan ukuran tulang, ketidak seimbangan, maupun rasa
nyeri yang sangat kuat ketika berdiri, berjalan, maupun berlari. Obesitas anak
dapat memberikan tekanan dan regangan yang lebih besar terutama pada tulang
kaki daripada anak dengan berat normal. Oleh karena itu tulang kaki anak
obesitas biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar, sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan ketika berjalan ataupun berlari.
·
Anak obesitas terkadang
mengalami gangguan jiwa seperti kurang percaya diri dan depresi. Hal ini
desebabkan oleh ejekan dan cemoohan dari teman sebayanya karena memiliki badan
yang gemuk. Ejekan yang diterima oleh anak secara terus menerus dapat
menimbulkan krisis percaya diri. Apabila hal ini tidak segera diatasi dengan
tepat dapat menyebabkan anak menjadi depresi karena tertekan.
·
Ejekan yang mungkin diterima
anak obesitas dari teman sebayanya juga akan mengganggu hubungan sosial dengan
temannya. Anak obesitas akan dikucilkan dari lingkungan teman sebayanya.
Terdapat beberapa penolakan sosial dari lingkungan sekitar karena kondisi
badannya yang obesitas.
6.
Pencegahan
obesitas pada anak
Tingkat risiko obesitas pada anak dapat dicegah dengan melakukan
beberapa hal di antaranya meningkatkan aktivitas anak, modifikasi pola asuh
orangtua dan perilaku anak, dan modifikasi pola makan ke arah pola makan sehat.
Faktor risiko dapat dihambat dan dicegah apabila orangtua telah menyadari sejak
dini bahwa anaknya berpotensi terkena obesitas.Meningkatkan aktivitas pada anak
merupakan salah satu cara yang tepat untuk mencegah obesitas pada anak. Pola
aktivitas yang baik dapat diterapkan orangtua pada anak mereka. Beraktivitas di
luar rumah seperti bermain bola dengan teman sebayanya dan berolahraga secara
rutin dapat meningkatkan pengeluaran energi dan pembakaran kalori yang terdapat
dalam tubuh anak. Olahraga secara rutin dapat memberikan dampak yang baik bagi
kesehatan tubuh anak.
Pola asuh orangtua haruslah memperhatikan aspek kesehatan dan
psikologi dalam tumbuh kembang anak. Orangtua dapat memberi contoh kepada anak
mereka untuk selalu berolahraga secara teratur. Istirahat yang cukup dapat
mengurangi risiko obesitas pada anak. Memberikan perhatian yang cukup kepada
anak dan selalu melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap aktivitas anak
mereka. Perhatian dan pengontrolan kepada anak harus dimulai ketika masih bayi.
Pola makan anak ketika bayi akan memberikan dampak hingga ia dewasa.
Pemberian makanan padat sebelum usia anak 4 bulan akan meningkatkan risiko
obesitas.Pemberian ASI ekslusif ketika bayi dapat menjadi solusi bagi kebutuhan
gizi anak.JADI, Orangtua hendaknya memodifikasi makanan anak
dengan memberi anak mereka makanan sehat yang cukup serat dan seimbang gizi.
Hindarkan anak dari kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji. Berikanlah makanan
yang bervariasi setiap harinya dengan kandungan gizi yang seimbang. Hiaslah
makanan semenarik mungkin agar anak lebih menyukai makanan yang disediakan
orangtua dibandingkan makanan cepat saji.Anak yang menderita obesitas akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis. Peran
orangtua sangatlah diharapkan untuk mencegah obesitas pada anak. Pengontrolan
dan pengawasan orangtua terhadap keseharian perilaku dan pola hidup anak
harulah memuat unsur kesehatan fisik maupun psikis. Pola aktivitas dan pola
makan anak hendaknya dipantau orangtua untuk mencegah terjadinya berbagai macam
penyakit akibat obesitas pada anak.
7.
Penanggulangan
obesitas pada anak
Berat badan ideal bisa diwujudkan
dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga tidak
terjadi penimbunan energi dalam tubuh dalam bentuk lemak, atau sebaliknya
penggunaan lemak tubuh sebagai sumber energi kurang.
Penanganan masalah obestitas tidak
dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat, tetapi harus dilakukan
secara bertahap.Penanggulangan masalah obesitias dapat dilakukan secara
sederhana, yaitu dengan mengonsumsi makanan secara teratur dengan gizi seimbang
tetapi jumlahnya kurang dari biasanya. Disamping itu kegemukan juga dapat
diatasi dengan banyak melakukan aktivitas olah raga yang teratur sehingga lemak
tubuh dapat terbakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar